Selasa, 16 Desember 2008

test

Waduh, judul di atas berat untuk dijelaskan makna sesungguhnya bagi saya yang sudah terbukti sampai saat ini masih sangat kurang ahli dalam berbahasa timur tengah. Memang kata-kata itu pertama kali saya dengar dari ibu saya yang nota bene mengajar di Madrasah Diniyah (bahasa arab menjadi salah satu mata pelajaran pokok bagi para murid di sana). Meskipun ibu sedikit banyak mengerti bahasa arab, akan tetapi saya lebih memilih “english” menjadi pelajaran bahasa yang saya senangi selain bahasa indonesia tentunya.

Kembali ke topik semula: kata-kata yang menjadi judul di atas akhir-akhir ini telah menjadi salah satu bahan perenungan yang mendalam bagi saya. Betapa kata-kata itu telah membukakan mata hati yang tertutup oleh tebalnya dinding bernama kesulitan. Sudah beberapa hari ini saya menghadapi banyak kegiatan yang harus berpacu dengan waktu. Jika saya ingin mendapatkan beasiswa, proposal skripsi yang masih harus disetujui oleh dosen pembimbing 1 (DP 1) harus sudah dikumpulkan hari jumat (28 nopember 2008), padahal masih banyak bagian skripsi yang harus direvisi. Lterlebih lagi DP 1 saya akan berangkat haji 2 hari lagi (29 nopember 2008) sehingga beliau sudah tidak datang kekampus lagi sampai pulang dari menunaikan ibadah tersebut. dan Alhasil, kemungkinan saya untuk bisa mendapatkan beasiswa sangat tipis.

Namun masih ada asa, hari kamis saya bertekad untuk dapat menyelesaikan revisi proposal. Meskipun entah hari jumat saya bisa mendapatkan tanda tangan DP atau tidak, kamis malam saya lembur mengetik skripsi dengan sisa sisa tenaga yang masih ada. akhirnya jumat pagi proposal itu pun sudah selesai saya revisi beserta tambahan di beberapa bagian.

Jumat pagi saya menelepon DP 1, dengan harapan untuk mendapatkan tanda tangan meskipun harus ke rumah beliau, to be continued…